Pernahkah Anda menyadarinya, bahwa wanita cenderung menunjukkan pola tingkah laku tertentu yang tampak unik saat berinteraksi dengan orang lain? Beberapa kebiasaan tersebut bisa saja timbul secara naluriah tetapi tak disadari banyak berasal dari cara mereka tumbuh dan berkembang dalam konteks kelompoknya.
Menariknya, sebagian besar kebiasaan tersebut bukannya dipilih dengan kesadaran melainkan akibat dari warisan budaya yang menekankan pentingnya diterima dibandingkan dengan bersikap jujur dan terbuka. Menurut laporan di Geediting.com pada hari Senin (26/05), bidang psikologi kontemporer sudah mengenali tujuh tindakan biasa yang kerap ditunjukkan oleh perempuan dikarenakan pendidikan mereka untuk selalu disenangi alih-alih tetap menjadi asli seperti dirinya.
1. Menjawab “Ya” Ketika Yang Sebenarnya Harus Dijawab “Tidak”
Salah satu perilaku yang paling terlihat adalah kecondongan untuk sepakat walaupun niat sebenarnya adalah menolak hal tersebut. Kebiasaan ini biasanya bermula dari pendidikan awal yang mempersenjatai perempuan dengan pengajaran agar selalu mengelakan perselisihan dan merawat ketentraman lingkungannya.
2. Mengendalikan Emosi agar Terhindar dari Label “Terlalu Beremotional”
Banyak wanita dikenalkan sejak usia muda dengan cara menyembunyikan emosi yang kuat agar tak dipandang sebagai orang yang over atau dramaqueen. Mereka yakin bahwa memperlihatkan perasaan sangat dalam dapat menjadikannya tampak kurang populer dan bahkan diragukan kemampuannya.
3. Mengutamakan Kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri
Perilaku ini telah melekat secara mendalam pada banyak wanita dan tampaknya menjadi respon instingtif di beragai situasi. Keinginan untuk memprioritaskan keperluan oranglain adalah akibat dari standar bersama serta harapan-harapan sosial yang menjadikan mereka sebagai pihak utama dalam hal itu.
4. Mengucapkan Maaf Berlebihan tanpa Alasan yang Jelas
Mengatakan “maaf” sudah menjadi sebuah respon otomatis yang kerap dipakai, meski sebenarnya tak ada kesalahan yang diperbuat. Frase itu dikemukakan untuk mendinginkan situasi yang bisa jadi memanas atau sekadar sebagai pelengkap dalam obrolan supaya terkesan lebih sopan.
5. Menjauhi Perselisihan Secara Total
Perempuan kerap diajar bahwa bertemu langsung merupakan tindakan tidak terlalu mulia atau malah bisa diartikan sebagai sikap agresif untuk mereka. Sebaliknya, mereka cenderung mengelak dari perselisihan pandangan hanya agar dapat melestarikan kenyamanan interaksi walaupun artinya harus meredam integritas diri.
6. Bekerja Ekstra untuk Mencapai Kesempurnaan Dalam Semua Aspek
Pengejaran tak pernah berhenti menuju kesempurnaan kerapkali berasal dari hasrat yang dalam untuk dipandang sebagai pribadi yang dapat diterima dan disenangi oleh orang lain. Mereka merasa bahwa dengan mencapai perfeksionisme, mereka akan lebih cepat memperoleh pengakuan serta penghargaan di mata komunitas sekitar.
7. Mengabaikan Capaian atau Prestasi Pribadi
Keadaan seperti ini umumnya berhubungan dekat dengan perangkap bernama “kepopuleran,” yakni ideologi yang mengasumsikan sikap kerendahan hati akan membantu seseorang untuk lebih disukai. Dengan demikian, mereka cenderung meremehkan pencapaian dirinya sendiri supaya tak tampak angkuh atau terlalu mencolok di mata oranglain.
Memahami sifat-sifat tersebut dapat meningkatkan pemahaman kita terhadap pengaruh tekanan sosial yang umumnya menjejaki bagaimana perempuan bersosialisasi. Hal ini tidak berkaitan dengan konsep baik atau buruk, tetapi lebih kepada efek dari model pendidikan tertentu yang menciptakan hierarki di antara jujur dan diterima secara sosial. (*)
Leave a Reply