Mana yang Menarik Dikoleksi? Emiten Grup Sinar Mas Terpoles Aksi Korporasi

JAKARTA. Emiten di bawah lindungan group konglomerasi Cahaya Mas giat melangsungkan tindakan korporasi. Di tengah-tengah performa usaha komoditas, property, dan keuangan yang kompak, Group Cahaya Mas juga membetot perhatian pasar dalam ekosistem digital-teknologi.

 

Melalui DSSA, substansi group Cahaya Mas suntikan investasi senilai US$ 200 juta atau sekitaran Rp 2,9 triliun ke Elang Andalan Nusantara, anak perusahaan yang salah satunya menjalankan basis dompet digital, DANA.

 

Tidak cuma DSSA, emiten property group Cahaya Mas, BSDE  perkuat investasi di ekosistem digital. Lewat substansi anak, PT Cahaya Pertiwi Istimewa, BSDE tempatkan modal US$ 25 juta di PT Elang Unggulan Nusantara.

 

Direktur BSDE Hermawan Wijaya mengutarakan, masuknya DANA dalam portofolio investasi periode panjang akan tingkatkan dan sama-sama memberikan dukungan kegiatan marketing. Sebagai mitra vital dalam meningkatkan pembayaran electronic yang terpadu.

 

“Selainnya akan tingkatkan literatur dan inklusi keuangan memberi pengalaman digital yang lebih bagus untuk customer kami. Hingga bisa perkuat performa Perseroan di periode kedepan,” tutur Hermawan dalam launching yang diterima Kontan.co.id, Jum’at (12/8).

 

Awalnya, berita masuknya Group Alibaba ke emiten telekomunikasi group Cahaya Mas, FREN  ditanggapi oleh pasar. Saham FREN melejit sekitaran 40% semenjak akhir Juli dan tembus tingkat harga Rp 100. Sekarang saham FREN berada di status Rp 105.

 

Masih di bidang telekomunikasi, ada (MORA) yang minggu kemarin baru mencatat saham (IPO), dengan mengumpulkan dana Rp 1 triliun. Saham MORA juga sanggup kuat 46% dalam seminggu.

 

Emiten teritori industri group Cahaya Mas, DMAS  cepat mencuil kesempatan dari cepatnya keinginan alias data center. Fragmen ini jadi konsumen setia khusus yang berperan pada pemasaran tempat industri DMAS di semester pertama 2022.

 

Di lain sisi, pengokohan ekosistem berbasiskan digital tidak membuat group Cahaya Mas menyisihkan peningkatan usaha komoditas. Faktanya, DSSA lakukan pemerolehan 20% saham Stanmore SMC Pty. Ltd. perusahaan batubara asal dari Australia.

 

Riset Investindo Nusantara Sekuritas, – Pandhu Dewanto menyaksikan keuntungan besar yang digabungkan group Cahaya Mas, terutamanya dari bidang komoditas dapat digunakan sebagai modal pengembangan. Khususnya pengokohan usaha berbasiskan tehnologi. Masalahnya wabah menggerakkan pergerakan perkembangan bidang tehnologi makin cepat, dan menyuguhkan prospect berkilau di periode kedepan.

 

“Group Sinarmas mempunyai sumber daya yang oke, tidak ingin ketinggal cari kesempatan. Data tebaran pemakaian tehnologi di Indonesia belum sebagus negara maju, hingga ada banyak market share yang bisa diserap dengan mengembangkan sayap usaha perseroan,” jelas Pandhu ke Kontan.co.id, Minggu (14/8).

 

Perubahan positif terlihat pada FREN yang awalnya tidak untung, tetapi sekarang mulai mencatatkan bottom line positif. Selanjutnya, IPO MORA juga memperlihatkan kesungguhan group Cahaya Mas dalam meningkatkan infrastruktur telekomunikasi.

 

Disaksikan dari skema cashflow yang dipunyai, Head of Research NH Korindo Sekuritas Sekuritas Liza Suryanata memandang jika group Cahaya Mas punyai kemampuan dana yang oke untuk melangsungkan pengembangan. “Tidaklah aneh bila perusahaan luar seperti Alibaba juga berminat untuk landingkan investasinya ke atas perusahaan yang kompak dan kaya pengalaman,” kata Liza.

 

Adapun emiten group Cahaya Mas yang paling likuid dan aktif diperjualbelikan ialah INKP,  TKIM, FREN, DMAS, MORA, dan BSDE. Liza ngomong, ke enam emiten itu mencatatkan neraca keuangan bagus dengan cashflow yang lumayan kuat.

 

Secara usaha, CEO Edvisor.id, – Praska Putrantyo melihat emiten group Cahaya Mas diuntungkan dengan keadaan perbaikan perekonomian saat wabah. Khususnya pada bidang usaha pertambangan, sawit, telekomunikasi, kertas, dan keuangan.

 

Performa keuangan yang positif memberikan indikasi prospect berkilau untuk emiten di bidang itu. Ditambah jadi semakin menarik untuk beberapa saham dengan price to earning ratio (PER) dan price to book nilai (PBV) yang sekarang ini masih condong murah.

 

Mengangsung hal itu, Praska juga memberi referensi membeli pada saham FREN, INKP, TKIM, dan BSDE. “Esensial bagus dan bidang usaha menggiurkan. Ditambahkan keadaan teknikal belum juga alami animo yang berarti,” kata Praska.

 

Dalam pada itu, Pandhu memandang bidang kertas dan property jadi yang sangat menarik dilirik antara emiten group Cahaya Mas. Ini mengangsung valuasi yang relatif masih murah dibanding rerata bersejarahnya, dan resikonya relatif rendah.

 

Sebagai deskripsi, Pandhu memberikan contoh BSDE pada tingkat PBV 0,55x, dan rerata lima tahun berada di sekitaran 0,9x. Lantas DMAS pada PBV 1,38x dan reratanya berada di 1,6x.

 

Di bidang kertas, INKP sekarang ini diperjualbelikan pada tingkat PE 4,3x dan 4,8x untuk TKIM, rendah dibanding rerata bersejarahnya. “Untuk investor periode panjang yang konvensional dapat pikirkan untuk koleksi beberapa saham itu,” anjuran Pandhu.

 

Selanjutnya untuk emiten telekomunikasi FREN dan MORA, Pandhu memandang ke-2 nya lumayan menarik bila disaksikan dari kekuatan perkembangan dan bidang yang jadi konsentrasi group Cahaya Mas. Namun, valuasinya lumayan tinggi, hingga sekarang ini Pandhu merekomendasikan ke-2 nya pas untuk exchange periode pendek.

 

Saham FREN dapat diamati pada tempat dukungan Rp 101 dan resistance di harga Rp 118. Adapun untuk MORA yang baru IPO, Pandhu mereferensikan wait and see dahulu.

 

Seirama, Liza menyaksikan emiten kertas group Cahaya Mas memikat buat dilirik. INKP dan TKIM sanggup cetak perkembangan pemasaran bersih ganda digit per kwartal pertama 2022. INKP dan TKIM juga kantongi PER murah sejumlah 4,21x dan 4,79x.

 

“Masih mempunyai banyak kekuatan untuk gerakan harga sahamnya, apa lagi diprediksikan performa terus akan lebih baik karena perbaikan perekonomian dan permintaan akan produk kertas,” tutur Liza.

 

Adapun saham INKP yang trend gerakan harga relatif masih sideways, simpan kekuatan pengokohan ke arah sasaran periode pendek Rp 8.150-Rp 8.200 atau periode menengah di Rp 8.500-Rp 8.600. Dengan persyaratan sanggup break out resistance minor di tempat Rp 7.875.

 

Untuk TKIM, Liza meramalkan akan usaha akhiri babak bottoming periode pendek dan memutus trend turun periode panjang. Jika sanggup naik ke sasaran paling dekat di Rp 6.750-Rp 6.825, saat sebelum memasuki ke Rp 7.000-Rp 7.200 yang hendak mengubah gerakan harga jadi uptrend.

 

Selain itu, Liza menyorot saham BSDE yang berpotensi pengokohan ke arah sasaran harga periode pendek di Rp 980 – Rp 990. Average up dapat dilaksanakan di atas tingkat Rp 1.000 jika BSDE meneruskan trend naik ke arah sasaran periode menengah di Rp 1.050 – Rp 1.065.

 

Adapun untuk beberapa investor atau trader saham FREN, Liza merekomendasikan untuk memulai siaga. Ada peluang koalisi yang rendah dari sasaran di Rp 98 untuk periode pendek jika dukungan paling dekat di Rp 104 bobol. Apa lagi telah negative divergence dari tanda relative strength indeks (RSI).