– Tribuners, saat menghadapi kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa aspek yang penting untuk kita atur supaya tetap terkendali.
Salah satu contohnya adalah ghibah yang kerap kali tidak disadari oleh kita.
Dalam agama Islam, menggunjing atau membicarakan kekurangan oranglain dilarang keras.
Berbicara buruk tentang orang lain dianggap sebagai kesalahan yang sangat serius sebab hal itu bisa menghancurkan tali kebersaudaraan serta memberikan akibat negatif kepada pribadi ataupun kelompok masyarakat.
Berkaitan dengan Jumat depan, yaitu pada hari Jumat tgl 2 Mei 2025, kami sebagai pria yang menganut agama Islam akan menjalankan salat Jumat.
Jum’at, yang dikenal sebagai Sayyidul Ayyam atau pembuka dari hari-hari istimewa, juga dianggap oleh umat Muslim sebagai hari yang dipenuhi berkah.
Berikut adalah teks khutbah Jumat yang diambil dari beberapa sumber dan direncanakan akan disampaikan pada Jumat mendatang, yaitu 2 Mei 2025, dengan tema “Menyiapkan Diri agar Tidak terjebak dalam Ghibah”.
Khutbah 1
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi kita jalan keselamatan dan mengajar kita tentang syariat Nabi terhormat ini. Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah semata tanpa sekutu; Dia pemilik kemuliaan dan pengagungan. Dan saya juga bersaksi bahawa tuannya kami Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Tuhan kami, berkatilah serta damakanlah atas nama tuangan Kami Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya dengan karunia-Mu sampai hari pembalasan.
Kepada kalian semua saudaraku, aku menasihatkan diriku sendiri agar bertakwa kepada Allah SWT demi mencapai keberhasilan. Firman Al-Quran Surah Ahzab ayat 70-71: “A’udzu billahi minasy Syaitonir Rajeem”, dalam nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya takwa itu baik bagimu jika kamu memperhatikannya, dan matikanlah diri-kamu di akhir hayat sebagai Muslimin sejati. Semoga firman Allah SwT benar-benar menjadi petunjuk untukmu.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Membicarakan gosip tentang saudara-saudari Muslim adalah tindakan yang dibenci, sebab hal itu hanya akan menyebabkan timbulnya masalah dalam diri kita, misalnya iri hati, cemburu, serta tuduhan palsu. Perilaku tersebut dapat merusak etika dan kenyamanan berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosial.
Karena itu, kami selaku umat Muslim diberi peringatan oleh Allah swt melalui Al-Quran serta Nabi lewat Hadis terkait ancaman dari perilaku mengghibahkan atau menyebarkan keburukan sesama kaum Muslim. Selain itu, ditetapkan bahwa mereka yang dapat menutupi kesalahan saudara seiman akan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah.
Di momen istimewa kali ini, saat berdiri di podium, khatib selalu menyampaikan pesan kepada jamaah shalat Jumat baik secara bersama-sama maupun pada dirinya sendiri. Pesannya tersebut ialah agar terus memperkuat ketakwaan kita kepada Allah SWT melalui pengamalan sungguh-sungguh dari semua perintah-Nya serta penjagaan diri dari setiap larangan-Nya. Sebab, yang menjadi ukuran kebaikan suatu umat dalam pandangan Allah hanyalah derajat ketakwaannya.
Kepentingan karakter bertakwa tersebut dijelaskan dalam Al-Quran surah al-Hujurat ayat 13:
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian menurut Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Pesan ini berbunyi: Sungguh, orang yang paling tinggi derajatnya di hadapan Allah adalah mereka yang paling bertakwa di antara kalian semua.
Di masa kemasyuran agama Islam, terdapat seorang sahabit yang menggambarkan ketakwaaan melalui percakapan yang menarik serta kaya akan pengetahuan, yaitu antara sahabat Umar bin Khattab ra dan sahabat Ubay bin Ka’ab. Saat itu, Umar yang merupakan orang yang menceriterakan cerita tersebut bertanya pada Ubay, “Hai Ubay, apakah arti dari ketakwaan?” Ternyata Ubay malah membalas pertanyaannya dengan tanya jawab lain: “Hai Umar, bukanlah kamu sudah biasa melewati jalanan yang dipenuhi duri-duri?” Umar pun menjawab, “Pastilah aku telah lewat.”
“Apa tindakanmu pada waktu itu, oh Umar?” terus Ubay menanyakan hal tersebut. “Tentunya saya akan bergerak dengan penuh perhatian,” balas Umar. Kemudian Ubay menyampaikan, “Inilah esensi dari ketakwaan.” Percakapan ini adalah antara dua individu yang sangat teliti dalam menjalani kehidupan sesuai agama mereka. Hal ini bukan hanya untuk Umar atau Ubay, tetapi juga bagi kita semua yang memposisikan diri sebagai makhluk bertakwa. Ketakwaan sebenarnya mencerminkan sikap ekstra waspada seseorang. Mereka tidak mau langkah-langkah kaki mereka mendarat di ranah-ranah haram yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Beragam tindakan tidak senonoh yang kerap dijalankan manusia dalam keseharian termasuk membicarakan oranglain, lebih-lebih lagi kekurangan mereka. Dalam konteks agama Islam, perilaku ini disebut ghibah atau menyusun cerita negatif tentang sesama.
Menggunjing atau ghibah adalah tindakan verbal yang cukup menyenangkan dan sederhana. Ini melibatkan pembicaraan tentang hal-hal yang sebenarnya ada pada diri saudara kita dalam agama Islam saat mereka tak berada di tempat, serta ini adalah informasi yang tidak disukai oleh saudara kita dan dapat merendahkan maupun memojokkannya, misalnya membahas segala aspek yang secara umum dipandang sebagai kelemahan dengan maksud untuk membuat rendah derajat saudara kita tersebut.
Hal ini termasuk salah satu jenis penyakit mulut yang sungguh membahayakan sebab dapat menyebabkan fitna serta perbuatan terlarang lainnya. Kegiatan pembicaraan buruk ini bisa dilakukan dan ditemui dimana saja, misalnya di sekolah, mesjid, pasar, warung, pekarangan rumah, dapur, ruang makannya, area tamunya, kantor, hingga dalam acara pengajian.
Lebih buruk dari itu, tindakan tersebut justru dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari—baik pagi, siang, petang maupun malam. Terkait masalah ini, Allah SWT telah menyatakan dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat Ayat 12:
Yaa orang-orang yang beriman, hindarilah banyak dugaan karena sebagian dari itu adalah dosa. Dan janganlah menyelidiki urusan sesamamu dan tidak pula saling mencela satu sama lain dengan membicarakan keburukan masing-masing seperti halnya kamu benci jika memakan daging saudaramu yang sudah mati. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.
Pesan ini berkata: Hai para pemeluk iman, hindarkan dirimu dari banyak prasangka, sebab beberapa di antara hal tersebut merupakan pelanggaran. Jangan pernah usahakan cela atau cacat pada orang lain dan tidak pula bicarakan buruk tentang mereka satu sama lain. Adakah salah satunya kalian senang untuk makan daging kerabatmu sendiri yang meninggal dunia? Tentu saja kalian merasa jijik dengan situasi seperti itu. Oleh sebab itu tinggalkan larangan-larangan tersebut dan taklukan hati nurani mu terhadap Tuhan. Sungguh, Tuhan sangat bisa dimohon ampunannya serta penyayang (QS Al-Hujurat: 12).
Menurut riwayat yang diriwayatkankan oleh Ibnu Mundzir dari Ibnu Juraij, ayat ini diturunkan berkaitan dengan insiden seorang sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Salman Al-Farisi. Setelah menyelesaikan makannya, dia cenderung langsung tertidur dan mendengkur. Di saat tersebut, ada individu yang membicarakan perilakunya secara negatif di belakangnya. Karena hal itu, surah Al-Hujurat ayat 12 pun diturunkan untuk melarang kebiasaan mencemarkan nama baik atau menggunjing tentang kesalahan orang lain.
Seperti yang disebutkan dalam ayatan tersebut, Rasulullah saw pun telah melarang kami umat Islam untuk membeberkan keburukan oranglain. Seperti yang dinyatakan dalam riwayat yang termaktub dalam kitab Shahih al-Bukhori:
Hati-hatilah dengan prasangka karena prasangka adalah hal yang paling dusta dalam berbicara. Jangan saling mengintai atau menyelidiki satu sama lain dan jangan bermusuhan, tetapi bersikaplah seperti saudara-saudari.
Pesan ini berarti: Hindarilah dugaan, karena dugaan merupakan pernyataan yang sangat tidak benar. Lebih lanjut, jangan cari-cari kesalahan pada oranglain, hindarkan dirimu dari menyebar rasa benci serta tetaplah menjadi saudara satu sama lain (Hadits Riwayat Al-Bukhari).
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Manusia pada umumnya tak lepas dari kesalahan dan dosa; karenanya, mereka tidak dapat mencapai keperfectionan mutlak. Dalam menjalani hidup bermasyarakat, tentu saja terjadi interaksi sosial yang bisa jadi sengaja ataupun tidak, baik disukai maupun dikesalkan. Terkait aib saudara kita, Rasulullah telah mengajarkan agar kita berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan aib tersebut.
Dan siapa pun yang menutupi kesalahan seorang Muslim, Allah akan menutupinya di dunia dan akherat.
Pesan ini berbunyi: Siapapun yang menyembunyikan sebuah kesalahan atau keburukan seseorang, Allah SWT akan menyembunyikannya juga bagi orang tersebut di dunia maupun di akherat (hr. Muslim).
Pula dalam hadits Nabi saw yang dinyatakan oleh Imam Tirmidzi:
Semoga perubahan ini mempertahankan makna dan nada aslinya dengan tepat.
Barang siapa yang meringankan beban seorang Muslim karena kesulitan di dunia ini, Allah akan mengurangi bebannya pada hari kiamat. Siapakah yang memudahkan urusan bagi orang yang sedang susah di dunia, niscaya Allah juga akan mempermudah baginya baik di dunia maupun akherat. Dan barangsiapa menutupi kekurangan atau dosa seseorang di dunia, maka Allah pun akan menutupi kelemahan dan dosanya tersebut di dunia serta akherat. Dan sungguh Allah selalu membantu hamba-Nya apabila hamba itu pula saling menjaga satu sama lain.
Pesan ini berbunyi: Siapakah pun yang membantu meredakan kesulitan sesama Muslim dalam kehidupan duniawi, niscaya Allah akan membantunya melewati kesusahan di akherat. Orang tersebut juga bakal mendapat kemudahan dari-Nya baik di bumi maupun surga jika mereka membuat hidup seseorang yang sedang susah menjadi lebih mudah. Selain itu, siapa saja yang menyembunyikan salah satu temannya saat masih di dunia, pada hari pengadilan besok pula Allah akan melindungi rahasia tersebut. Sebab sungguh benar bahwa setiap kali kita membela saudara sendiri, pastilah Tuhan akan terus mencari cara untuk menjaga Anda (diri diri anda HR Tirmidzi).
Menutup aib oranglain tidak hanya mendapatkan pahala dari Allah SWT, namun juga akan ditutupinya aib kita di dunia dan akhirat. Keutamaan tersebut setara dengan menyelamatkan nyawa seseorang dari kematian yang pasti. Seperti yang termaktudalam Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawood:
Barang siapa yang melihat sesuatu keburukan lalu menutupinya, maka dia seolah-olah telah menghidupkan kembali makhluk yang terkubur hidup-hidup.
Maknanya: Barangsiapa melihat aurat (keburukan atau kelemahan) milik oranglain kemudian menutupinya, bagai membangunkan anak yang telah dimakamkan dengan masih bernyawa ( HR Abu Dawood ).
Sama pula seperti yang terdapat dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
Barang siapa yang menutupi seorang mukmin, maka dia seperti orang yang menghidupkan kembali seseorang bayi perempuan dari dalam kuburnya.
Pesan ini berbunyi: Siapakah pun orang yang menyembunyikan kekurangan seorang mu’min, dia akan diumpamakan sebagai seseorang yang membangunkan Mu’adzah dari pemakamannya (HR Ahmad).
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Berikut adalah khutbah pendek ini dengan harapan semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua, baik kepada orang yang sedang membacanya ataupun yang tengah mendengarnya.
Harap jauhkan kami pula dari perilaku menjurus ke fitnah, berbohong, curiga negatif, mencari-cari kesalahan pada orang lain, dan menyebarkan celaan terhadap saudara-saudara Muslim Kami. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kesehatan di dunia dan akherat. Ya Allah, aku mohon ampun dan kesejahteraan dalam agamaku, kehidupanku, keluargaku, dan harta ku. Ya Allah, tutupilah auratku.
Pesan tersebut berbunyi: Wahai Tuhan, sungguh kupersembahkan permintaan untuk keselamatan dalam kehidupan ini dan setelah mati. wahai tuhan, ku mohon ampunan serta perlindungan dari segala hal buruk terhadap agama saya, hidup saya, keluarga saya, dan harta saya. wahai tuhan, sembunyikanlah semua aib saya.
Allah memberkati kita semua dalam Al-Quran yang mulia ini dan berikan manfaat kepada saya serta kalian dari ayat-ayatnya dan pengajaran bijaksana di dalamnya. Semoga Allah menerima bacanaya kami, karena Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Itulah perkataanku dan aku memohon ampun bagi diriku sendiri maupun kamu dan seluruh ummat Islam laki-laki perempuan kepada Yang Maha Pengampun lagi Mengasihani, maka mintalah ampunan daripadanya.
Khutbah 2
Alhamdulillah dan cukuplah; aku memberi salam kepada Nabi kita Muhammad yang terpilih, serta keluarganya dan sahabatnya para pelaku kebaikan. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah sendirian tanpa sekutu, juga menyaksikan bahwasannya Nabi kami Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.
Sesudah itu wahai kaum Muslimin, kumohon pada Anda semua untuk menjaga takwa kepada Allah Yang Maha Tinggi, dan sadarilah bahwa Dia memerintahkanmu dengan hal-hal besar, seperti sholat dan salawat atas nabi-Ku yang mulia sehingga firman-Nyalah:
“Sebab sesungguhnya Allah beserta malaikat-malaik-Nya berdoa bagi Rasul Kami ini. Wahai orang-orang yang telah percaya! Shalih-shaliyahkan baginya dan ucapkan salaman secara penuh.”
“Allahummashollallo ‘alan sayyidina Muhammad wa’la ali Sayyidina Muhammad kaama shallaita ‘alaa sayyidina Ibrahiim wa’ala AliSayyidina Ibrahim wabarakkal lahu alaa Sayyidina Muhammad wa’aIii Ali-Sayyidina Muhammad fi Alamin innaka Hamiidun Majid.”
“Oh tuhan ampuni ummat Islam laki-laki maupun perempuan, iman laki-2 dan wanita hidup di antara mereka atau sudah meninggal dunia.”
“Ya Tuhanku jangan marahi kami jika melupakan suatu apapun dari segala urusan tersebut dan jangan bebankan kepada kami apa pun yang melebihi kemampuan kami.” Maafkan kami dan ampunkan dosa-dosa kami serta kasihanilah kami karena Engkau lah penolong kami hadapi musuh-musuh kaum Kafir!”
“Wahai Rabb Kami limpakanlah baik dalam masa duniawi ini dan akhirat setelah mati. Dan hindarkanlah kami dari siksa neraka!” Puji syukur hanya milik Allah Sang Pemilik semesta Alam. Hamba-Hambamu allah, sungguh Dialah yang menuntaskan akan adil dan budi pekerti yang baik sambil mengingkarimu supaya engkau membantu orang dekatmu. Jadi ingatlah tentang Allah yang agung, sebab Ingatkalah padamu maka pengenalan tentang Allah lebih penting daripada segala-galanya.
Lihat berita terbaru lainnya di:
Google News
Leave a Reply