.JAKARTA – Dengan maraknya kasus penghentian kontrak kerja (PHK), sebenarnya terdapat beragam peluang bisnis yang menguntungkan. Banyak jenis usaha dapat dijadikan sarana untuk memacu perkembangan ekonomi lokal maupun nasional.
Usaha peternakan jangkrik yang ada di Kabupaten Lebak, Banten, semakin maju dan menyebar, membantu memperluas perekonomian warga setempat seiring dengan kenaikan permintaan pasarnya.
“Saat ini berkebun menernak jangkrik bisa mendatangkan penghasilan kira-kira sembilan juta rupiah setiap bulannya,” ungkap Sunardi (50), warga dari Bojong Apus Kalanganyar, Kabupaten Lebak, pada hari Minggu, 27 April 2025.
Peternakan kepik di desa tersebut saat ini menjadi sumber penghasilan utama bagi warga lokal karena permintaan dari para pedagang pasar hewan di daerah Banten sangat besar.
Akan tetapi, hasil panen peternak jangkrik tersebut dijual kepada pembeli besar. Hasil produksi jangkrig ini digunakan sebagai makanan bagi burung kicau, campuran umpan untuk memancing ikan, serta pakan untuk ikan arwana.
“Di samping penduduk setempat, kami menjual kroto kepada pembeli langsung dengan tarif Rp30 ribu per kg dan hasil produksinya mencapai 300 kilogram, yang berarti mendapatkan penghasilan sebesar Rp9 juta tiap bulannya,” tambahnya.
Sama seperti peternak kepiting lainnya, Budiman (55), seorang penduduk dari Kalanganyar Kabupaten, Lebak menyebutkan bahwa dia telah memproduksi rerata 300 kilogram kepiting selama lima tahun terakhir karena kendala dalam hal keuangan.
Pada saat ini, harga jangkrik cenderung tetap sampai ke tangan pemegang atau penerima dengan kisaran Rp30 ribu per kg.
“Bila produksi jangkrik mencapai 300 kilogram dan dihargaiRp30ribu setiap kilonya,maka akanmenghasilkanpendapatansampaidenganRp9jutaperbulan,” tambahnya.
Menurut orang tersebut, para pembudidaya belalang katok di daerahnya memiliki latar belakang pekerjaan yang bervariasi, termasuk sebagai pedagang, tenaga kerja konstruksi, petani, supir transportasi, dan juga Pegawai Negeri Sipil.
Namun, saat ini banyak penduduk yang menjadikan budidaya belalang sebagai pekerjaan sampingan.
“Mereka adalah pedagang makanan berkeliling setiap harinya dan pada malam hari terlibat dalam bisnis pemeliharaan ikan,” jelasnya.
Amin (45) menyebut bahwa ia memilih beternak jangkrik lantaran hasil dari pekerjaan sebagai supir angkutan nampaknya menurun dan ada kalanya dia kembali tanpa membawa uang sama sekali.
Untuk itu, dirinya merintis usaha ternak jangkrik dengan membuat sebanyak empat kotak bok dan menghasilkan produksi 300-400 kilogram per bulan.
Hasil dari pemeliharaan jangkrik tersebut dijual kepada pembeliRp30ribu tiap kilogramnya, dengan demikian jika dihitung dapat menciptakan penghasilan sekitar Rp10-12juta setiap bulannya.
“Saat ini kami mengutamakan budidaya belatong untuk mendukung pendapatan keluarga,” ujarnya.
Ketua Kelompok Usaha Penangkaran Jangkrik Kabupaten Lebak Yana mengatakan saat ini usaha penangkaran jangkrik di daerah ini tumbuh dan berkembang, karena permintaan pasar cukup tinggi, bahkan memasok ke wilayah Serang dan Tangerang.
Sejumlah peternak jangkrik tersebut memiliki hampir seribu anggota yang terdaftar di wilayah Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak, dan Kalanganyar.
“Saya menekankan agar peternak terus meningkatkan hasil produksinya sehingga dapat mencukupi kebutuhan pasarnya,” tambahnya.
Kewalahan
Peternak jangkrik di Kabupaten Lebak, Banten mengeluh kesulitan memenuhi kebutuhan pasarnya hingga berhasil menaikkan penghasilan finansial keluarganya.
“Sejak enam bulan yang lalu, kami mampu mendapatkan penghasilan senilai Rp12 juta dibandingkan dengan sebelumnya hanya Rp3 juta setiap bulannya,” ungkap Sunardi (50), seorang peternak jangkrik di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Selasa kemarin.
Peternak jangkrik yang berada di daerah Kampung Bojong Apus, Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak, sebanyak kurang lebih 20 orang saat ini mengeluh karena kesulitan memenuhi kebutuhan pasarnya, terlebih lagi untuk para pedagang burung dan pemancingan ikan.
Permintaan jangkrik tidak hanya berasal dari wilayah Kabupaten Lebak, tapi juga dari luar daerah seperti Kabupaten Serang dan Tangerang.
Malahan, saat ini produksi jangkrik dikumpulkan oleh para pedagang untuk memenuhi kebutuhan pasaran.
Sehingga, produksi jangkrik harus dinaikkan untuk memenuhi kebutuhan pasaran.
“Saat ini kami mempunyai 15 unit tempat penernetan jangkring yang mampu menghasilkan produk hingga 400 kilogram, dengan setiap kilonya dihargai Rp30 ribu, mencapai omzet sebesarRp12 juta tiap bulannya dibandingkan hanya mendapatkan penghasilan Rp3 juta sebelumnya,” ungkap Sunardi.
Maman (55), seorang pengembangbiakan kepiting, merasakan beban yang semakin berat karena harus memenuhi kebutuhan pasarnya saat ini dan akibatnya dia meningkatkan hasil budidaya miliknya.
Sekarang ini, para peternak tidak lagi terbatas pada sekedar melayani pelanggan setia mereka. Mereka sekarang dapat menjangkau pembeli besar dan berpotensi mendapatkan penghasilan antara Rp12-15 juta tiap bulannya melalui penjualan 450 kilogram produk dengan harga jual mencapai Rp30ribu per kg.
Menurutnya, keberadaan tempat penampungan tersebut sangat membantu dalam mengatur kondisi finansial keluarganya, yang pada gilirannya mempermudah proses pemasaran bisnis jangkrik mereka.
Agus (60), seorang pedagang burung dari Rangkasbitung, menyatakan bahwa tiap minggunya dia dapat membeli sekitar 50 kilogram jangkrik yang nantinya akan dijual dalam bentuk eceran. Dengan demikian, penghasilannya mencapai kira-kira Rp2,5 juta per bulan.
Bahkan, kadang-kadang empat hari jangkrik sudah habis dan mereka harus mengajukan permintaan untuk di-supply ulang.
Dia mengatakan bahwa semua konsumen yang membeli jangkring tersebut adalah pecinta burung kicau.
Agus selaku Ketua Komunitas Usaha Jangkrik Kabupaten Lebak menyebut bahwa jumlah peternak jangkrik di area tersebut semakin bertambah dan maju, hal itu terjadi seiring dengan besarnya permintaan pasaran yang sangat besar, hingga mereka bisa menyalurkan produknya sampai ke kawasan Serang serta Tangerang.
Petani jangkrik tersebut mencakup sekitar puluhan orang yang berada di wilayah Kecamatan Rangkasbitung, Warunggunung, Cibadak, dan Kalanganyar.
Mereka memulai bisnis pemeliharaan kepiting tersebut di rumah dengan mendirikan sebuah ruangan yang berfungsi sebagai tempat menampung kotak-kotak bok untuk proses pembibitan kepiting.
Proses produksi jangkrik dari menetasnya telur hingga siap diproduksi memerlukan waktu sekitar 32 hari.
Mereka mengembangkan ternak jangkrik itu, selain biaya produksi relatif kecil juga keuntungan cukup menggiurkan.
“Kami minta para peternak jangkrik terus meningkatkan produksi sehingga memenuhi permintaan pasar,” katanya menjelaskan.
Leave a Reply